January 7, 2014

Merah

"Seakan terpaku...
 Badanku tiba-tiba membeku...
 Dengan tangan terikat dikedua sisi, matanku terpejam... 
 Pikiranku mulai menerawang, namun mulutku seperti terkunci rapat, ingin sekali  berteriak  namun aku hanya bisa diam...
 Di dalam mataku yang tertutup, tiba-tiba semuanya berwarna merah kelam..."


Selama ini hanya hati dan pikirannya yang dapat ia percaya, hanya itu pula yang ia miliki. Hingga orang-orang sinting itu menggoyahkan apa yang ia yakini. 

Merenggut dengan paksa yang paling berharga darinya, kebebasannya...
Apakah aturan-aturan itu benar ada? Apakah ia tak lagi dapat berbuat sesuai dengan hati dan pikirannya? Apakah dia harus tetap diam selamanya?

Hati dan pikiran kini bukan lagi miliknya. Tangan-tangan mereka sibuk membuat tato bertuliskan nama sang penguasa di keningya.

Mereka bilang ia tidak punya otak, sehingga tidak ada hak untuknya memberontak. Mereka bilang ia tidak punya perasaan, sehingga tidak ada hak untuk menyalahkan. Semua harus berjalan sesuai dengan apa yang mereka katakan, Apa yang mereka perintahkan.


Matanya sembab, mengingat memori indahnya akan segera lenyap. Bibirnya tersenyum sinis, seolah menertawakan nasipnya yang miris. 

Menelan kenyataan memang tak semudah yang dipikirkan, ia tau benar itu. Tapi ketika kobaran kenangan itu tinggal jadi abu, ia tau, ia harus segera melakukan sesuatu

Mendadak dadanya perih, hati yang mereka bilang tidak ada mulai mendidih. Kepalanya mulai pening, otak yang mereka bilang ia tidak punya, terdengar sangat bising. 

Suara-suara bergemuruh dihati dan otaknya, segala sumpah serapah yang sejak lama ia pendam ingin segera meledak. Ingin keluar dengan serentak.

Entah setan apa yang merasukinya, matanya terbuka lebar, mencari-cari sesuatu. Tak ingin lagi hanya diam bagai batu.

Amarah memenuhi setiap sel tubuhnya, Ia harus berontak, agar semua belenggunya terlepas. Ia tidak mau kebebasannya dirampas.

Diambilnya pisau diatas meja dengan tergesa, lalu ia tancapkan kedadanya dengan sekuat sisa tenaga yang ia punya. Semuanya kembali berubah menjadi merah, namun kali ini dapat dilihatnya dengan mata terbuka...



RistiaPrasetyo

January 5, 2014

"People will wish you the best in life and hate you when you make it.."

 Some people are tired of the hypocrisy, some people need them.. 
Who needs a hypocrite in life?? definitely NOT ME!!



KECOA kini

Kecoa yang sekarang sudah bukan kecoa yang dulu lagi….

kecoa kini lebih berani, kalau dulu ia hanya berani nyolong makanan di lemari, sekarang ia mulai berani meminta langsung, tak lagi harus sembunyi-sembunyi.

Kecoa kini juga makin agresif, kalau dulu ia sudah puas makan sampah kini dia ingin madu. ia lebih berani tampil, melihat ada kesempatan sedikit langsung maju tanpa ragu.

Kecoa kini tak mau kalah dengan semut, yang dimana ada gula langsung diemut. apapun yang semut punya pasti direbut. Tak hanya semut, babi, ular, anjing, kaljengking, buaya, serigala bahkan rubah semuanya merengut. Tanpa bisa menuntut.

Kecoa kini juga jago berakting, berkat latihan atau entah sudah turunan dari kakek buyutnya. Yang jelas kecoa sangat lihai, tak hanya teman, bahkan saudarapun jadi korbannya. Sabet kanan-kiri pantang menyerah. ia juga lihai bersilat lidah, si ular saja kalah. 

Kecoa kini tidak hanya memiliki satu kepala, kadang ada dua, tiga, bahkan lima. Badannya kini sangat licin, meliuk-liuk kesana kemari. Tangannya juga tak kalah banyak, kalau dulu ia hanya punya enam sekarang ia punya tiga belas, angka ganjil. salah satunya ada dibagian ekornya, Untuk jaga-jaga jika ada sisa remah roti yang tertinggal. Hebat bukan??

Kecoa kini juga mulai mengoleksi berbagai macam topeng, dari yang berwajah kemayu sampai yang berwajah tukang rombeng. hampir semua topeng ia punya, tak lupa selalu ia kenakan untuk menutupi wajahnya yang penuh belatung.

Kecoa kini juga tak ragu untuk urusan tipu-menipu, untuk sekedar dapat simpati dari yang masih lugu. Ia juga gencar melancarkan aksi langsung todong,kapanpun dan dimanapun, tak kenal waktu. Suaranya memikat para mangsanya, mengalahkan suara serigala yang sedang melolong.

Kecoa kini mulai bosan, alih-alih berganti suasana kini ia tak lagi menargetkan binatang darat sebagai sasaran. Ia beralih ke sepasang merpati yang tengah santai hinggap di dahan. 

Kecoa mulai melancarkan aksi, merpati yang naïf tak tau apa yang sebenarnya terjadi. Hanya satu hal yang diketahui si merpati, bahwa sang kecoa tak akan berhenti.

Dan kecoa memang tak akan pernah puas, bagai lintah ia menghisap habis mangsanya hingga mati lemas. Hanya untuk kesenangan dirinya saja, tanpa memperdulikan si korban yang terus memohon agar bisa lepas.

Si merpati pernah mendengar cerita tentang kecoa tanpa pernah bertemu langsung. merpati mulai cemas, suara si kecoa yang terdengar bagai alunan lagu, menghipnotis mata merpati hingga linglung. Merpati tau harus segera berbuat sesuatu, tapi apa? merpati sangat binggung...



RistiaPrasetyo