"Seakan terpaku...
Badanku tiba-tiba membeku...
Dengan tangan terikat dikedua sisi, matanku terpejam...
Pikiranku mulai menerawang, namun mulutku seperti terkunci rapat, ingin sekali berteriak namun aku hanya bisa diam...
Di dalam mataku yang tertutup, tiba-tiba semuanya berwarna merah kelam..."
Selama ini hanya hati dan pikirannya yang dapat ia percaya, hanya itu pula yang ia miliki. Hingga orang-orang sinting itu menggoyahkan apa yang ia yakini.
Merenggut dengan paksa yang paling berharga darinya, kebebasannya...
Apakah aturan-aturan itu benar ada? Apakah ia tak lagi dapat berbuat sesuai dengan hati dan pikirannya? Apakah dia harus tetap diam selamanya?
Hati dan pikiran kini bukan lagi miliknya. Tangan-tangan mereka sibuk membuat tato bertuliskan nama sang penguasa di keningya.
Mereka bilang ia tidak punya otak, sehingga tidak ada hak untuknya memberontak. Mereka bilang ia tidak punya perasaan, sehingga tidak ada hak untuk menyalahkan. Semua harus berjalan sesuai dengan apa yang mereka katakan, Apa yang mereka perintahkan.
Matanya sembab, mengingat memori indahnya akan segera lenyap. Bibirnya tersenyum sinis, seolah menertawakan nasipnya yang miris.
Menelan kenyataan memang tak semudah yang dipikirkan, ia tau benar itu. Tapi ketika kobaran kenangan itu tinggal jadi abu, ia tau, ia harus segera melakukan sesuatu
Mendadak dadanya perih, hati yang mereka bilang tidak ada mulai mendidih. Kepalanya mulai pening, otak yang mereka bilang ia tidak punya, terdengar sangat bising.
Suara-suara bergemuruh dihati dan otaknya, segala sumpah serapah yang sejak lama ia pendam ingin segera meledak. Ingin keluar dengan serentak.
Entah setan apa yang merasukinya, matanya terbuka lebar, mencari-cari sesuatu. Tak ingin lagi hanya diam bagai batu.
Amarah memenuhi setiap sel tubuhnya, Ia harus berontak, agar semua belenggunya terlepas. Ia tidak mau kebebasannya dirampas.
Diambilnya pisau diatas meja dengan tergesa, lalu ia tancapkan kedadanya dengan sekuat sisa tenaga yang ia punya. Semuanya kembali berubah menjadi merah, namun kali ini dapat dilihatnya dengan mata terbuka...
RistiaPrasetyo